Rabu, 11 Juni 2025

Meniti Jalan Ideologi: Antara Idealisme dan Realitas dalam Uswah Rasulullah ﷺ

Tidak semua orang hidup dengan arah yang jelas. Banyak yang menjalani hari demi hari hanya karena rutinitas bekerja, pulang, istirahat tanpa tahu untuk apa semua itu dijalani. Sekadar hidup, bukan berjuang. Sekadar bergerak, tanpa arah.

Tapi seorang pejuang ideologi berbeda. Ia tidak sekadar bernapas ia melangkah. Ia punya visi, tujuan, dan arah yang dituju. Hidupnya bukan untuk menyesuaikan diri dengan dunia, tapi untuk mengubahnya. Bukan hanya mengikuti arus, tapi membangun jalan menuju keridhoan Allah SWT.

Ideologi Bukan Sekadar Wacana

Bagi seorang pejuang, ideologi bukan hiasan kata di seminar atau kutipan di media sosial. Ideologi adalah nyawa dari setiap langkahnya. Ia menghidupkan semangat, mengarahkan pilihan, bahkan menjadi alasan untuk bertahan di tengah cobaan.

Ketika banyak orang bergerak karena kebiasaan, pejuang bergerak karena keyakinan. Dan keyakinan yang kuat membuat langkahnya lebih dalam, lebih bermakna, dan lebih tahan banting.

"Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutlah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur`ān).” Al-Qur`ān itu tidak lain hanyalah peringatan untuk (segala umat) seluruh alam."(QS. 6: 90)

Berjuang Itu Bahagia

Jangan salah, perjuangan memang melelahkan. Tapi di balik lelah itu, ada kebahagiaan yang tak bisa dibeli. Karena setiap peluh, setiap air mata, bahkan luka-luka perjuangan, terasa penuh makna. Ia tahu, semua itu bernilai di sisi Allah. Ia tahu, semua itu adalah bagian dari jalan menuju ridha-Nya.

Rasulullah  bersabda:"Barangsiapa yang berjuang di jalan Allah, maka Allah akan menuntunnya kepada jalan-jalan-Nya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik."(HR. At-Tirmidzi)

Kadang idealisme itu diuji. Realitas sering tak sesuai harapan. Ada keterbatasan waktu, tekanan keluarga, omongan orang, bahkan pengkhianatan dari orang dekat. Tapi justru dari situ jiwa dibentuk. Ketangguhan tumbuh. Dan hati belajar untuk tetap bersih, sabar, dan istiqamah.

Rasulullah ﷺ: Teladan Sejati Pejuang Ideologis

Dalam Islam, kita tidak berjalan tanpa arah. Kita punya teladan sejati dalam diri Rasulullah Muhammad ﷺ. Beliau bukan hanya mengajarkan nilai-nilai Islam, tapi juga memperjuangkannya di tengah masyarakat yang penuh kezaliman dan kesesatan

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(QS. Al-Ahzab: 21)

Beliau dihina, disakiti, diusir, bahkan diancam nyawanya. Tapi beliau tak berhenti. Ketika satu pintu tertutup, beliau mencari yang lain. Ketika tak ada jalan, beliau menciptakannya. Semua itu bukan karena ingin menang secara duniawi, tapi karena keyakinan terhadap misi suci yang diemban.

Tauhid: Pondasi Perjuangan

Perjuangan Rasulullah ﷺ berakar dari satu hal: tauhid. “La ilaha illallah” bukan hanya ucapan, tapi fondasi hidup. Tauhid adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, ditaati, dan diandalkan.

Dari keyakinan ini tumbuh keberanian untuk menolak sistem yang zalim, menegakkan keadilan, menjunjung kejujuran, dan membangun peradaban yang berpihak pada kebenaran.

"Barangsiapa yang mengikhlaskan amalnya karena Allah, maka Allah akan mencukupinya urusannya."(HR. An-Nasa’i)

 

Dari Cita-Cita ke Kenyataan

Idealisme sering dianggap terlalu tinggi, tak mungkin tercapai. Tapi justru di situlah tantangan dan keindahannya. Tugas kita adalah mewujudkan nilai-nilai itu dalam kehidupan nyata. Bukan hanya menjadi pemimpi, tapi pelaku. Bukan hanya berbicara, tapi bekerja.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata:

"Kebenaran tidak diukur dengan banyaknya pengikut. Tapi kebenaran adalah kebenaran meski engkau sendirian."

 

Seorang pejuang sejati tak menunggu kondisi sempurna. Ia mulai dengan apa yang ada, meski kecil. Ia bergerak, meski sendiri. Karena ideologi tidak butuh panggung megah untuk hidup. Ia cukup dipelihara dengan keikhlasan dan ketekunan.

 

Melangkah dan Istiqamah: Nafas Panjang Para Pejuang

Menjadi pejuang bukan soal siapa yang paling cepat atau paling populer. Tapi siapa yang paling setia dan jujur dalam melangkah. Mungkin kita tak melihat hasil besar dalam waktu dekat. Tapi setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini bisa menjadi pondasi bagi kebangkitan esok hari.

Allah mencatat niat, usaha, dan luka perjuangan kita. Dan itu cukup menjadi alasan untuk terus bergerak—meski pelan, meski sendiri.

Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu, apa yang telah kamu kerjakan.”(QS. 9: 105)

Istiqamahlah, meski langkah terasa berat. Jangan berhenti karena kecewa, jangan patah karena sedikit. Karena perjuangan ini bukan tentang hasil yang langsung tampak, tapi tentang kesetiaan kita menapaki jalan yang benar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah!”(HR. Muslim)

Sayyidina Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Tetaplah teguh dalam kebenaran, meskipun hanya sedikit orang yang bersamamu. Karena kamu berada di atas jalan Allah, sementara mereka berada di atas jalan hawa nafsu.”

 

Jangan tunggu semuanya sempurna untuk mulai. Mulailah dari diri sendiri, dari lingkungan terdekat, dan dari sekarang. Karena Rasulullah ﷺ pun memulai dari nol. Maka siapa pun kita, selama masih ada iman di dada dan cinta pada kebenaran, kita pun bisa ikut meniti jalan ini.

Dan semoga Allah meneguhkan kita di atas jalan yang lurus dan jalannya orang  orang yang beri nikmat.  Qs. 4:69

 

Wallahu 'alam

Abu Roja

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar