Rabu, 11 Juni 2025

Jejak Siti Hajar: Pelajaran dari Shafa dan Marwa

 Setiap musim haji dan umrah, jutaan umat Islam dari seluruh dunia menapaki jalan antara bukit Shafa dan Marwa, meneladani langkah-langkah Siti Hajar dalam pencarian air bagi anaknya, Ismail. Gerakan berlari-lari kecil yang dikenal sebagai sa’i ini bukan sekadar ritual fisik, melainkan simbol spiritual yang kaya akan pelajaran kehidupan, terutama tentang iman, perjuangan, dan tawakal.

Siti Hajar bukanlah seorang tokoh biasa. Ia adalah seorang ibu yang ditinggalkan di padang gersang Makkah oleh suaminya, Nabi Ibrahim, atas perintah Allah. Dalam kondisi yang tampak mustahil untuk bertahan hidup, ia menunjukkan keberanian luar biasa. Ketika persediaan air habis, dan Ismail menangis kehausan, Siti Hajar tidak duduk meratapi nasib. Ia bangkit dan berlari antara dua bukit, tujuh kali, berharap menemukan sumber kehidupan. Gerakan ini, yang kemudian diabadikan dalam syariat, menggambarkan usaha manusia yang maksimal meski hasilnya di luar kendali.

Ada makna mendalam dalam lari-lari kecil itu. Pertama, ikhtiar tanpa henti. Siti Hajar tahu bahwa hanya Allah yang bisa memberi air, tapi ia tetap berusaha sekuat tenaga. Dalam hidup, kita juga sering dihadapkan pada situasi sulit—keuangan, kesehatan, hubungan, dan masa depan yang tak pasti. Namun seperti Siti Hajar, kita diajarkan untuk tidak menyerah, untuk terus bergerak dan berusaha, meski hasilnya belum terlihat.

Kedua, tawakal yang sejati. Setelah berikhtiar penuh, Siti Hajar tidak protes atau menyalahkan takdir. Ia menyerahkan hasilnya kepada Allah, dan dari tanah yang tandus itu, Allah memancarkan air Zamzam—tanda bahwa di balik keterbatasan manusia, selalu ada kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas.

Ketiga, peran seorang ibu dan kekuatan perempuan. Dalam kisah ini, Allah memilih sosok perempuan sebagai teladan perjuangan. Ini mengangkat martabat perempuan dalam Islam, menegaskan bahwa kekuatan spiritual, ketangguhan emosional, dan peran ibu dalam membentuk peradaban adalah hal yang sangat dihargai dalam Islam.

Akhirnya, perjalanan Siti Hajar bukan sekadar sejarah, melainkan cermin bagi setiap insan. Kita semua adalah "Hajar-Hajar" yang sedang menapaki lembah ujian, mencari jalan keluar di antara "Shafa dan Marwa" kehidupan. Dan seperti Siti Hajar, selama kita tetap bergerak, tetap berdoa, dan tetap percaya, maka akan ada "Zamzam" yang Allah pancarkan, sering kali dari arah yang tak pernah kita sangka.

Wallahu 'alam

Abu Roja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar