Menilik Kekeliruan Makna yang Sering Kita Dengar, kata fitnah sangat familiar di telinga kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang berkata: “Itu fitnah!” atau “Jangan memfitnah!” Biasanya maksudnya adalah menuduh seseorang tanpa bukti, menyebarkan kebohongan yang bisa merusak nama baik orang lain.
Memang benar, dalam bahasa Indonesia, fitnah berarti tuduhan bohong tanpa dasar. Namun yang perlu disadari, makna fitnah dalam Al-Qur’an jauh lebih luas dan lebih dalam. Bahkan pemahaman kita yang hanya membatasi fitnah sebagai “tuduhan palsu” justru bisa membuat kita luput dari bahaya yang lebih besar.
Dalam bahasa dan istilah Al-Qur’an, fitnah adalah sesuatu yang menghalangi tegaknya hukum-hukum Allah. Fitnah bisa berarti kerusakan, godaan, ujian iman, bahkan kondisi sosial yang membuat orang sulit menjalankan Islam secara utuh.
Fitnah dalam Bahasa Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fitnah diartikan sebagai:“Tuduhan yang tidak benar atau tidak berdasar yang dapat merusak nama baik orang lain.”
Makna ini sangat sempit jika dibandingkan dengan makna dalam bahasa Al-Qur’an. Padahal, pemahaman umat terhadap istilah ini akan sangat memengaruhi cara mereka melihat realitas sosial dan keagamaan.
Fitnah dalam Bahasa Arab dan Istilah Islam
Dalam bahasa Arab, kata fitnah berasal dari akar kata "fatana" yang berarti:Menguji atau mencoba, menggoda atau menyesatkan, membakar logam untuk menguji kemurniannya.
Dari akar makna ini, para ulama menjelaskan bahwa fitnah dalam Al-Qur’an mencakup: Ujian terhadap keimanan,Godaan duniawi yang bisa menjerumuskan, Kerusakan masyarakat yang menghalangi kebenaran,Dan yang paling serius: penghalang tegaknya syariat dan hukum Allah di muka bumi.
Fitnah dalam Al-Qur’an: Lebih dari Sekadar Tuduhan Bohong
Harta dan Anak adalah Fitnah (Ujian) “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah (ujian), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”(QS. At-Taghabun: 15)
Di sini, fitnah bermakna ujian — sesuatu yang bisa menguatkan atau menghancurkan keimanan seseorang, tergantung bagaimana ia menyikapinya.
Fitnah Lebih Kejam dari Pembunuhan
“Dan fitnah itu lebih besar (berat) daripada pembunuhan.”(QS. Al-Baqarah: 191)
“Dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.”(QS. Al-Baqarah: 217)
Maksud fitnah di sini adalah segala bentuk kekacauan dan kezaliman yang menghalangi jalan Allah: memaksa orang meninggalkan iman, menebar ketakutan di tengah umat, dan mencegah syariat Allah ditegakkan. Bahayanya lebih dahsyat dari pembunuhan fisik karena fitnah merusak akidah, iman, dan kehidupan umat secara menyeluruh.
Fitnah Saat Hukum Allah Tidak Ditegakkan
“…dan jika kamu tidak melakukannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.”(QS. Al-Anfal: 73)
Ayat ini menunjukkan bahwa ketika umat Islam tidak bersatu dan tidak menegakkan hukum Allah, maka yang muncul adalah fitnah kekacauan besar di bumi: kebatilan menang, keadilan hilang, dan umat tercerai-berai.
Fitnah: Ancaman Bagi Umat dan Peradaban
Fitnah bukan sekadar urusan pribadi atau masalah etika semata. Dalam pengertian Al-Qur’an, fitnah adalah:Ujian keimanan dan keistiqamahan, Kerusakan moral dan sosial, Kekuasaan yang zalim dan menindas dakwah, Ketiadaan syariat sebagai pedoman hidup.
Inilah fitnah terbesar: ketika sistem kehidupan tidak lagi dibangun atas dasar kebenaran dan hukum Allah, tapi atas hawa nafsu, kebatilan, dan kepentingan manusia.
Apa yang Harus Kita Lakukan? Menghadapi fitnah butuh:Iman yang kuat, agar tidak goyah saat diuji,Ilmu yang benar, agar tidak tertipu oleh godaan dunia,
Persatuan umat, agar bisa menegakkan keadilan dan kebenaran,
Komitmen menegakkan Islam, agar hukum Allah benar-benar menjadi petunjuk kehidupan.
Rasulullah ﷺ dan para sahabat menghadapi fitnah besar saat berdakwah di Makkah. Tapi mereka tetap sabar, konsisten, dan membangun kekuatan umat agar Islam bisa tegak dengan kokoh.
Waspadai Fitnah yang Sesungguhnya
Fitnah bukan sekadar “gosip jahat”. Dalam pandangan Islam, fitnah adalah segala hal yang menghalangi kebenaran dari tegak di tengah umat. Ia bisa berupa kekuasaan yang tidak adil, sistem yang tidak berlandaskan Islam, atau bahkan sikap diam kita terhadap kemungkaran.
Maka jangan tertipu oleh pemahaman sempit soal fitnah. Waspadailah fitnah yang lebih besar: fitnah yang membuat hukum Allah tertinggal, dan kebatilan merajalela.
“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman karena keteguhan mereka...”(QS. Ibrahim: 11)
Semoga Allah lindungi kita dari fitnah dunia dan akhirat. Aamiin.
Wallahu 'alam
Abu Roja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar