Rabu, 11 Juni 2025

Kedudukan Tertib Ditinjau dari Syari’ah Wudhu

Islam adalah agama yang menata manusia, tidak hanya dalam hubungan vertikal kepada Tuhan, tetapi juga dalam relasi horizontal dengan sesama dan alam. Dalam setiap ibadah yang disyariatkan, terkandung nilai-nilai pendidikan moral, sosial, dan spiritual. Salah satunya tampak dalam praktik wudhu ibadah penyucian diri sebelum shalat. Dalam wudhu, terdapat prinsip penting yang jarang disorot padahal memiliki makna mendalam: tertib.

Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu, dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki…” (QS. Al-Ma’idah: 6)

Urutan dalam ayat ini dijadikan dasar oleh mayoritas ulama (Syafi’i, Hambali, dan sebagian Malikiyah) bahwa tertib merupakan rukun wudhu yang wajib dilakukan. Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah meninggalkan urutan tersebut dalam wudhunya. Namun lebih dari sekadar fiqih, tertib dalam wudhu mengajarkan makna mendalam tentang ketertiban sebagai bagian tak terpisahkan dari keimanan dan amal.

Ketertiban: Lebih dari Sekadar Urutan

Secara bahasa, tertib bermakna teratur dan berurutan. Tapi dalam kerangka syariat dan kehidupan, tertib mencerminkan nilai ketertiban, yakni keteraturan sistemik yang menumbuhkan kedisiplinan dan efektivitas. Ketertiban bukan hanya teknis ibadah, tetapi cerminan dari jiwa yang menghargai proses, aturan, dan struktur.

Dalam wudhu, ketertiban berarti membasuh anggota tubuh dengan urutan yang telah ditentukan, tidak melompat-lompat, tidak terburu-buru, tidak asal selesai. Ketertiban adalah bentuk konkret dari disiplin spiritual, bahwa untuk mencapai kesucian pun dibutuhkan aturan dan keteraturan.

Ketertiban sebagai Budaya Disiplin dan Efisiensi

Ketertiban memiliki efek langsung dalam kehidupan sehari-hari. Ia menata tindakan, menertibkan pikiran, dan menyederhanakan proses. Dalam wudhu, ketertiban membuat ibadah menjadi efisien  tidak ada bagian yang terlewat, tidak ada yang diulang karena keliru. Prosesnya tepat, hasilnya sah, jiwanya pun tenang.

Begitu pula dalam hidup. Ketertiban adalah akar dari efektivitas dan efisiensi. Orang yang hidupnya tertib akan mampu menyelesaikan banyak hal dengan sedikit kekacauan. Ia tahu apa yang harus didahulukan, ia menghindari tumpang tindih pekerjaan, dan ia bergerak dengan arah yang jelas.

Dalam istilah manajemen modern, ketertiban adalah bagian dari standard operating procedure (SOP)  sistem kerja yang rapi, urut, dan bisa diulang dengan hasil yang konsisten. Islam telah meletakkan dasar itu dalam ibadahnya. Maka, wudhu bukan hanya bentuk kesucian, tapi juga latihan keteraturan hidup.

Ketertiban sebagai Pilar Peradaban

Ketertiban adalah nilai yang tumbuh dari syariat dan berbuah dalam peradaban. Masyarakat yang memuliakan ketertiban akan jauh dari kekacauan, lebih produktif, dan lebih siap menghadapi tantangan zaman. Ketertiban bukan hanya etika individu, tapi sistem sosial yang menjamin keadilan, keseimbangan, dan kemajuan.

Dari wudhu yang tampak sederhana, kita belajar bahwa ketertiban adalah fondasi dari disiplin, efisiensi, dan keberhasilan. Karena itu, menjaga tertib bukan hanya bagian dari kesempurnaan ibadah, tetapi juga jalan menuju kematangan diri dan kebangkitan umat.

Ketertiban adalah tanda hadirnya akal, bukti kuatnya iman, dan dasar terbentuknya peradaban yang bermartabat.

Wallahu 'alam

Abu Roja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar