Ummat Islam
Bangsa Indonesia sebagai Eksistensi Keislaman Sebuah Bangsa
Pengantar
Sejarah tidak bisa dipisahkan dengan suatu bangsa, sejarah suatu
bangsa menjelaskan indentitias sebuah bangsa, semisal Yahudi :
1.
Yahudi konteks Ras bermakna Keturunan (genetik) sebagai bangsa Israel
berasal dari keturunan ishaq dan yaqub yang memiliki 12 anak yang kemudian hari
menjadi 12 suku israel yang menjadi inti bangsa Yahudi.
2.
Yahudi konteks Agama mengacu pada orang-orang yang memeluk agama
yahudi (Judism), terlepas dari ras atau etnis mereka. Dalam pengertian siapa
pun dapat menjadi yahudi melalui konversi ke agama yahudi, tanpa harus memiliki
garis keturunan Israel.
Jika di kaitkan keagamaan dengan kontek istilah “Bangsa Indonesia
dan Umat Islam Bangsa Indonesia” dalam konteksi ini dapat dipahami melalui
sudut pandang Indentitas.
1.
Bangsa Indonesia sebagai indentitas Non Islam
2.
Umat Islam Bangsa Indonesia sebagai indentitas Islam
Eksistensi Keislaman Sebagai Identitas Bangsa
Ummat Islam bangsa Indonesia, dengan akar Islam yang dalam,
menunjukkan eksistensi keislaman yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Dalam tinjauan tarikh, waktu berfungsi sebagai penghubung satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya disusun secara kronologis, membentuk sejarah
bangsa yang tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai Islam. Sejarah Indonesia
adalah sejarah yang juga membentuk dan dipengaruhi oleh ajaran Islam, menjadi sebuah
kekuatan yang berakar pada keyakinan dan cita-cita luhur, yaitu tegaknya
syari’ah sebagai pedoman hidup. Sebagaimana sejarah bermakna sebuah pohon yang
tumbuh dari akar yang kuat, sejarah umat Islam adalah cerminan perjalanan hidup
suatu bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensinya. Bagi umat Islam di
Indonesia, sejarah bukan hanya menjadi penghubung antarperistiwa, tetapi juga
sebagai penanda keyakinan dan cita-cita luhur untuk menegakkan syari’ah dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia telah mengakar dalam
identitas bangsa. Perjalanan sejarah umat Islam di Indonesia menunjukkan
bagaimana nilai-nilai keislaman membangun moral, keyakinan, dan cita-cita luhur
yang menjadi fondasi peradaban. Namun, di tengah era modern, tantangan besar
muncul ketika umat Islam mulai menjauh dari ajaran agamanya.
Margaret Markus, seorang pemikir modern, Margaret Marcus adalah nama
asli dari Maryam Jameelah keturunan Yahudi, Maryam Jameelah lahir New York pada 23 Mei
1934 berasal dari Amerika Serikat memeluk Islam pada tahun 1961. Margaret
Marcus dalam kajian peradaban Islam, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang
tidak hanya mengatur hubungan individu dengan Tuhan, tetapi juga membangun
peradaban manusia. Nilai-nilai mendasar Islam, seperti keadilan, pengetahuan,
dan kasih sayang, memberikan fondasi bagi terbentuknya masyarakat yang
harmonis.
Dalam konteks sejarah umat Islam bangsa Indonesia, nilai-nilai ini
telah menjadi elemen penting yang menghubungkan perjalanan umat dengan
identitas keislaman sebagai bangsa. Islam bukan hanya sekadar agama, melainkan
sebuah sistem kehidupan yang membangun moral, keyakinan, dan cita-cita luhur.
Namun, di tengah dinamika zaman, umat Islam kerap menghadapi tantangan berupa
kemunduran spiritual dan jauhnya sebagian masyarakat dari ajaran agama. Untuk
itu, diperlukan usaha merekonstruksi ulang sunnah monumental dan sunnah
instrumental sebagai landasan dalam penegakan risalah.
1. Sunnah
Monumental adalah Uswah hasanah Rosul menjadi tonggak perjuangan rosul dalam
penegakkan risalah dari awal kerasulan
hingga Fathu Mekkah.
Qs. 33:21
﴿لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن
كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١﴾
21.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
2. Sunnah
Istrumental terpengaruahi oleh ruang, waktu dan jaman, Nabi Muhammad SAW sebagai
Basyar (sebagai manusia biasa) dalam memproses tegak risalah
﴿قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ
أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ
فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ
أَحَدَۢا ١١٠﴾
110.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini
manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Margaret Marcus, dalam analisisnya tentang peradaban Islam,
menyatakan bahwa Islam adalah agama yang mencakup dimensi spiritual, sosial,
dan peradaban. Ia menekankan bahwa Islam memiliki fondasi nilai universal,
seperti keadilan, pengetahuan, dan kasih sayang, yang dapat menjadi pijakan
dalam membangun masyarakat yang harmonis. Menurut Marcus, peradaban Islam tidak
hanya dibangun melalui teks-teks normatif, tetapi juga melalui praktik sunnah
yang menjadi pola dasar (fundamental) dalam menegakkan risalah.
Bagi umat Islam bangsa Indonesia, eksistensi keislaman sebuah
bangsa tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam yang telah mengakar kuat.
Sejarah umat Islam bangsa Indonesia adalah sejarah yang dibentuk oleh ajaran
Islam, yang menjadi dasar moral dan motivasi bagi umat Islam dalam berjuang
menegakkan syari’ah. Seperti pohon yang akarnya memberi kehidupan bagi ranting
dan daun-daunnya, begitu pula sejarah Umat Islam bangsa Indonesia yang berakar
pada ajaran Islam dan membentuk kehidupan sosial yang penuh dengan nilai-nilai
keislaman. Ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah
SAW menjadi akar yang memperkuat eksistensi keislaman bangsa Indonesia.
Radikalisme dalam Perspektif Sejarah
Sejarah juga mencatat adanya dinamika radikalisme dalam
perkembangan umat Islam. Namun, radikalisme harus dipahami dalam konteks yang
lebih luas. Pada dasarnya, radikal bermakna "berakar", yang berarti
kembali kepada sumber asli ajaran. Dalam pandangan positif, radikalisme dapat
menjadi penggerak perubahan menuju keadilan dan kebenaran. Namun, radikalisme
yang destruktif harus dihindari karena bertentangan dengan prinsip Islam yang
rahmatan lil 'alamin.
Radikalisme: Sebuah Tantangan dan Peluang
Radikal Islam yang mengakar dalam masyarakat Indonesia dapat
menjadi tantangan sekaligus peluang. Ketika diarahkan pada pemahaman yang
benar, radikalisme dapat menjadi pendorong bagi umat untuk kembali kepada
prinsip-prinsip dasar Islam, membangun peradaban yang berkeadilan, dan
menegakkan syari’ah.
Sejarah umat Islam di Indonesia adalah bagian penting dari
perjalanan bangsa ini. Tarikh mengajarkan kita untuk menghargai waktu dan
peristiwa sebagai pelajaran. Keislaman di Indonesia menjadi kekuatan yang
mengakar dalam budaya, moral, dan identitas bangsa. Seperti pohon yang terus
tumbuh, eksistensi umat Islam harus terus dirawat dengan memahami akar sejarah
dan menjalankan ajaran Islam secara utuh.
Rekonstruksi Sunnah sebagai Dasar Penegakan Risalah
Di tengah fenomena menjauhnya umat Islam dari ajaran agama,
diperlukan upaya untuk merekonstruksi ulang sunnah monumental dan sunnah
instrumental. Sunnah monumental mencakup nilai-nilai Fundamental Islam yang
bersifat stategis proses penegakkan risalah sesui uswah hasanah rosul.
Sedangkan sunnah instrumental mencakup praktik-praktik taktik dan teknis dalam dimensi
ruang dan waktu yang relevan dengan
konteks zaman dan tempat.
Rekonstruksi ini bertujuan untuk menjadikan sunnah sebagai dasar
penegakan risalah dalam kehidupan modern. Prinsip-prinsip ini akan membantu
umat Islam menghadapi tantangan globalisasi dan modernitas tanpa kehilangan
identitasnya sebagai bangsa yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.
Kesimpulan
Sejarah umat Islam bangsa Indonesia adalah bukti bahwa Islam telah
menjadi bagian integral dari identitas bangsa. Tarikh mengajarkan menghargai
waktu dan peristiwa bahwa sejarah, seperti pohon, membutuhkan akar keyakinan
yang kuat untuk menghasilkan ranting dan daun yang bermanfaat. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Margaret Marcus, nilai-nilai mendasar Islam, seperti keadilan
dan pengetahuan, adalah pilar peradaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar