Minggu, 01 Desember 2024

Ummat Islam Bangsa Indonesia sebagai Eksistensi Keislaman Sebuah Bangsa

 

Ummat Islam Bangsa Indonesia sebagai Eksistensi Keislaman Sebuah Bangsa

 

Pengantar

Sejarah tidak bisa dipisahkan dengan suatu bangsa, sejarah suatu bangsa menjelaskan indentitias sebuah bangsa, semisal Yahudi :

1.   Yahudi konteks Ras bermakna Keturunan (genetik) sebagai bangsa Israel berasal dari keturunan ishaq dan yaqub yang memiliki 12 anak yang kemudian hari menjadi 12 suku israel yang menjadi inti bangsa Yahudi.

2.   Yahudi konteks Agama mengacu pada orang-orang yang memeluk agama yahudi (Judism), terlepas dari ras atau etnis mereka. Dalam pengertian siapa pun dapat menjadi yahudi melalui konversi ke agama yahudi, tanpa harus memiliki garis keturunan Israel.

Jika di kaitkan keagamaan dengan kontek istilah “Bangsa Indonesia dan Umat Islam Bangsa Indonesia” dalam konteksi ini dapat dipahami melalui sudut pandang Indentitas.

1.   Bangsa Indonesia sebagai indentitas Non Islam

2.   Umat Islam Bangsa Indonesia sebagai indentitas Islam

Eksistensi Keislaman Sebagai Identitas Bangsa

Ummat Islam bangsa Indonesia, dengan akar Islam yang dalam, menunjukkan eksistensi keislaman yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dalam tinjauan tarikh, waktu berfungsi sebagai penghubung satu peristiwa dengan peristiwa lainnya disusun secara kronologis, membentuk sejarah bangsa yang tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai Islam. Sejarah Indonesia adalah sejarah yang juga membentuk dan dipengaruhi oleh ajaran Islam, menjadi sebuah kekuatan yang berakar pada keyakinan dan cita-cita luhur, yaitu tegaknya syari’ah sebagai pedoman hidup. Sebagaimana sejarah bermakna sebuah pohon yang tumbuh dari akar yang kuat, sejarah umat Islam adalah cerminan perjalanan hidup suatu bangsa yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensinya. Bagi umat Islam di Indonesia, sejarah bukan hanya menjadi penghubung antarperistiwa, tetapi juga sebagai penanda keyakinan dan cita-cita luhur untuk menegakkan syari’ah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia telah mengakar dalam identitas bangsa. Perjalanan sejarah umat Islam di Indonesia menunjukkan bagaimana nilai-nilai keislaman membangun moral, keyakinan, dan cita-cita luhur yang menjadi fondasi peradaban. Namun, di tengah era modern, tantangan besar muncul ketika umat Islam mulai menjauh dari ajaran agamanya.

Margaret Markus, seorang pemikir modern, Margaret Marcus adalah nama asli dari Maryam Jameelah keturunan Yahudi,  Maryam Jameelah lahir New York pada 23 Mei 1934 berasal dari Amerika Serikat memeluk Islam pada tahun 1961. Margaret Marcus dalam kajian peradaban Islam, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur hubungan individu dengan Tuhan, tetapi juga membangun peradaban manusia. Nilai-nilai mendasar Islam, seperti keadilan, pengetahuan, dan kasih sayang, memberikan fondasi bagi terbentuknya masyarakat yang harmonis.

Dalam konteks sejarah umat Islam bangsa Indonesia, nilai-nilai ini telah menjadi elemen penting yang menghubungkan perjalanan umat dengan identitas keislaman sebagai bangsa. Islam bukan hanya sekadar agama, melainkan sebuah sistem kehidupan yang membangun moral, keyakinan, dan cita-cita luhur. Namun, di tengah dinamika zaman, umat Islam kerap menghadapi tantangan berupa kemunduran spiritual dan jauhnya sebagian masyarakat dari ajaran agama. Untuk itu, diperlukan usaha merekonstruksi ulang sunnah monumental dan sunnah instrumental sebagai landasan dalam penegakan risalah.

1.      Sunnah Monumental adalah Uswah hasanah Rosul menjadi tonggak perjuangan rosul dalam penegakkan risalah  dari awal kerasulan hingga Fathu Mekkah.

Qs. 33:21

﴿لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  ٢١

21.  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

2.      Sunnah Istrumental terpengaruahi oleh ruang, waktu dan jaman, Nabi Muhammad SAW sebagai Basyar (sebagai manusia biasa) dalam memproses tegak risalah

﴿قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا  ١١٠

110.  Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Margaret Marcus, dalam analisisnya tentang peradaban Islam, menyatakan bahwa Islam adalah agama yang mencakup dimensi spiritual, sosial, dan peradaban. Ia menekankan bahwa Islam memiliki fondasi nilai universal, seperti keadilan, pengetahuan, dan kasih sayang, yang dapat menjadi pijakan dalam membangun masyarakat yang harmonis. Menurut Marcus, peradaban Islam tidak hanya dibangun melalui teks-teks normatif, tetapi juga melalui praktik sunnah yang menjadi pola dasar (fundamental) dalam menegakkan risalah.

Bagi umat Islam bangsa Indonesia, eksistensi keislaman sebuah bangsa tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam yang telah mengakar kuat. Sejarah umat Islam bangsa Indonesia adalah sejarah yang dibentuk oleh ajaran Islam, yang menjadi dasar moral dan motivasi bagi umat Islam dalam berjuang menegakkan syari’ah. Seperti pohon yang akarnya memberi kehidupan bagi ranting dan daun-daunnya, begitu pula sejarah Umat Islam bangsa Indonesia yang berakar pada ajaran Islam dan membentuk kehidupan sosial yang penuh dengan nilai-nilai keislaman. Ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW menjadi akar yang memperkuat eksistensi keislaman bangsa Indonesia.

Radikalisme dalam Perspektif Sejarah

Sejarah juga mencatat adanya dinamika radikalisme dalam perkembangan umat Islam. Namun, radikalisme harus dipahami dalam konteks yang lebih luas. Pada dasarnya, radikal bermakna "berakar", yang berarti kembali kepada sumber asli ajaran. Dalam pandangan positif, radikalisme dapat menjadi penggerak perubahan menuju keadilan dan kebenaran. Namun, radikalisme yang destruktif harus dihindari karena bertentangan dengan prinsip Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Radikalisme: Sebuah Tantangan dan Peluang

Radikal Islam yang mengakar dalam masyarakat Indonesia dapat menjadi tantangan sekaligus peluang. Ketika diarahkan pada pemahaman yang benar, radikalisme dapat menjadi pendorong bagi umat untuk kembali kepada prinsip-prinsip dasar Islam, membangun peradaban yang berkeadilan, dan menegakkan syari’ah.

Sejarah umat Islam di Indonesia adalah bagian penting dari perjalanan bangsa ini. Tarikh mengajarkan kita untuk menghargai waktu dan peristiwa sebagai pelajaran. Keislaman di Indonesia menjadi kekuatan yang mengakar dalam budaya, moral, dan identitas bangsa. Seperti pohon yang terus tumbuh, eksistensi umat Islam harus terus dirawat dengan memahami akar sejarah dan menjalankan ajaran Islam secara utuh.

Rekonstruksi Sunnah sebagai Dasar Penegakan Risalah

Di tengah fenomena menjauhnya umat Islam dari ajaran agama, diperlukan upaya untuk merekonstruksi ulang sunnah monumental dan sunnah instrumental. Sunnah monumental mencakup nilai-nilai Fundamental Islam yang bersifat stategis proses penegakkan risalah sesui uswah hasanah rosul. Sedangkan sunnah instrumental mencakup praktik-praktik taktik dan teknis dalam dimensi ruang dan waktu  yang relevan dengan konteks zaman dan tempat.

Rekonstruksi ini bertujuan untuk menjadikan sunnah sebagai dasar penegakan risalah dalam kehidupan modern. Prinsip-prinsip ini akan membantu umat Islam menghadapi tantangan globalisasi dan modernitas tanpa kehilangan identitasnya sebagai bangsa yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.

Kesimpulan

Sejarah umat Islam bangsa Indonesia adalah bukti bahwa Islam telah menjadi bagian integral dari identitas bangsa. Tarikh mengajarkan menghargai waktu dan peristiwa bahwa sejarah, seperti pohon, membutuhkan akar keyakinan yang kuat untuk menghasilkan ranting dan daun yang bermanfaat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Margaret Marcus, nilai-nilai mendasar Islam, seperti keadilan dan pengetahuan, adalah pilar peradaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar