Jumat, 20 Desember 2024

Kebersihan dan Kesucian yang integral

Kebersihan dan Kesucian yang integral

Pengantar

Dongeng Kabayan jadi imam,  sholat Maghri, baru sampai rakaat kedua, kabayan  kentut. Meski solatnya otomatis batal, Kabayan tidak mundur dari posisi imam dan tetap melanjutkan rakaat terakhir. Setelah selesai salam, para makmum bertanya, "Kenapa Kabayan tidak mundur? Bukankah solatmu batal karena kentut?" Dengan santai, Kabayan menjawab, "Saya mah nggak batal. Saya kan nggak punya wudhu, yang batal itu kalau punya wudhu." Ilustrasi cerita Kabayan ini, meskipun humoris, mengandung pesan penting: sholat tidak sah tanpa wudhu. Wudhu, meski pada dasarnya sunnah, menjadi wajib ketika melaksanakan sholat. serupa kaidah fikih menyatakan:

“Ma la yatimul wajib illa bihi fahuwa wajib” (Sesuatu yang tidak sempurna kewajiban tanpanya, maka ia menjadi wajib).

 Dalam berbagai kitab-kitab tentang keilmuan islam, memiliki esensi yang sama terkait kebersihan dan kesucian. Dalam ajaran Islam bersih, suci menjadi syarat dan masyrut bisa ditemukan awal pembahasan  kitab kitab Islam seperti : kitab Aqidah, Kitab Fiqh, kitab Akhlaq, kitab Sejarah. Didalam kitab tersebut ada makna yang sama yaitu kebersihan dan kesucian.

Kitab Aqidah dimulai dengan Bab Tauhid.

Bertauhid bersih (suci) dari syirik :
Tauhid  adalah pokok daripada ajaran islam, Secara Bahasa : Satu - Menyatukan – kesatuan, Istilah : Mengesakan Allah dengan asma, sifat dan af’aliyah serta seluruh eksistensinya. Tauhidullah adalah mengesakan Allah, yakni menjadikan Allah sebagai sumber, pusat, dan tujuan dari pengabdian diri “laailaahillallah”. Artinya bagaimana hidup dan kehidupan bertahuid menjadi cita-cita yang mengarahkan visi dan misi hanya semata-mata untuk Allah dan bersih dari kesyirikan, yaitu sesuatu selain Allah.

Kitab Fikih dimulai dengan Bab Thaharah (bersuci).

Thaharah kebersihan  dan kesucian fisik
Bersuci adalah syarat mendasar untuk sahnya ibadah seseorang, baik itu bersuci diri, pakaian, maupun tempat. Nabi SAW bersabda:

 

 “At-thuhuru syathru al-iman” (Bersuci adalah bagian dari iman). (HR. Muslim.

 

Oleh karena itu, thaharah dianggap sebagai fondasi penting dalam menjaga keimanan. Sebagai seorang muslim, menjaga kebersihan dan kesucian diri, keluarga, dan lingkungan merupakan bagian dari upaya menyempurnakan iman.

Kitab Akhlaq dimulai dengan Bab Adab kepada Allah.


Taslim bersih dari kufur
Salah satu adab atau akhlak kepada Allah adalah Taslim. Sikap Taslim mampu membersihkan diri dari sikap kufur terhadap keberadaan Allah. Lawan dari Taslim adalah Kufur. Secara bahasa, Taslim bermakna menerima, menyerah, tunduk, dan patuh kepada-Nya. Secara istilah, Taslim adalah sikap yang muncul dari kesadaran mendalam tentang status diri manusia yang lemah (dha'if), bergantung sepenuhnya kepada Allah, tidak memiliki kekuatan atau kemampuan, tidak mampu hidup mandiri, serta fakir di hadapan Allah Yang Maha Alim, Maha Kuasa, dan Maha Besar. Oleh karena itu, seluruh keberadaan manusia sangat bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan.Qs.6:1-72

Kitab Sirah dimulai dengan Nasab Nabi SAW

Terjaganya kebersihan dan kesucian Nasab Nabi SAW
Dalam sirah sering diawali dari kedudukan Nasab Nabi di kehidupan bangsa Arab. Berbicara tentang Nasab adalah bahwa Rasulullah SAW dilahirkan dari Nasab atau keturunan yang terbaik sebagaimana Nabi SAW bersabda 

 “Aku lahir dari pernikahan, bukan percabulan, sejak Adam hingga ayah-ibu melahirkan diriku, sama sekali tak pernah aku disentuh dari percabulan jahiliyah”. “Malaikat Jibril berkata: Aku telah membolak-balikkan bagian timur dan barat bumi ini, tetapi tidak aku temukan seorangpun yang lebih afdol dari Muhammad Saw, telah pula kubolak-balikkan timur dan barat bumi ini, tetapi tidak kutemukan keluarga yang lebih afdol dari keluarga Bani hasyim” (Hr. Baihaqi).

 

Akan mencerderai status Kenabian jika keturunanan  Muhammad bin Abullah  tidak terjaga

Kesimpulan                                                                                                            

Pentingnya kebersihan dan kesucian dalam berbagai aspek keislaman, baik secara fisik, spiritual, maupun nasab. Ilustrasi cerita Kabayan yang humoris mengajarkan bahwa sholat tidak sah tanpa wudhu, menegaskan bahwa kebersihan dan kesucian adalah syarat utama sahnya ibadah. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih: “Ma la yatimul wajib illa bihi fahuwa wajib” (Sesuatu yang tidak sempurna kewajiban tanpanya, maka ia menjadi wajib). Prinsip kebersihan dan kesucian ini tercermin dalam berbagai kitab keilmuan Islam. Kitab Aqidah : Dimulai dengan bab Tauhid, tekanan kebersihan dari syirik sebagai inti keimanan. Kitab Fikih : Dimulai dengan bab Thaharah (bersuci), pentingnya kebersihan fisik untuk sahnya ibadah. Kitab Akhlaq : Dimulai dengan adab kepada Allah, tekanan sikap Taslim sebagai kebersihan hati dari kufur. Kitab Sirah : Menekankan kesucian nasab Nabi Muhammad SAW sebagai bukti keistimewaan beliau sebagai Rasulullah.

 Dengan demikian, kebersihan dan kesucian, baik secara fisik, spiritual, maupun nasab, menjadi fondasi utama dalam menjaga keimanan dan melaksanakan ibadah dengan sempurna. Prinsip ini mencerminkan ajaran Islam yang menyeluruh, mulai dari penyucian hati, tubuh, hingga pengakuan terhadap ketauhidan Allah.

 

Allahu a’lam bishawab
Abu Roja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar