Pandangan Islam menyambut Tahun Baru
Pengantar
Waktu adalah salah satu
anugerah terbesar dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Dalam
Al-Qur'an, Allah sering mengingatkan pentingnya waktu, seperti dalam Surah
Al-'Asr yang menegaskan bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang
beriman, beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Pergantian tahun adalah
momen refleksi yang penting untuk mencapai pencapaian, mengidentifikasi
kekurangan, dan merencanakan langkah ke depan sesuai ajaran Islam. Bagaimana
Islam mengajarkan pemanfaatan waktu yang bijak dan memberikan peringatan agar
tidak menyerupai tradisi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Pandangan
Islam menyambut Tahun Baru
Tahun 2025 akan segera
tiba. Momen ini biasanya disambut dengan berbagai acara meriah di berbagai
negara, melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang. Namun, sebagai umat
Islam, penting bagi kita untuk merayakannya dengan bijak dan tetap sesuai
dengan ajaran agama. Tradisi seperti meniup terompet yang dianggap bagian dari
tradisi Yahudi, membunyikan lonceng yang merupakan tradisi Nasrani, atau
menyalakan kembang api yang berhubungan dengan tradisi Majusi (penyembah api)
perlu dihindari.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi
sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Lalu ada yang
bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Apakah mereka mengikuti seperti Persia dan
Romawi?' Beliau menjawab, 'Selain mereka, lalu siapa lagi?'” (HR. Bukhari
No. 7319) Rasulullah SAW juga bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud No. 4031,
disahihkan oleh Al-Albani)
Oleh karena itu, mari
kita menyambut tahun baru dengan cara yang benar dan sesuai ajaran Islam.
Jadikan momen ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
Perhitungan waktu
Al-Qur'an membahas perhitungan waktu, termasuk tahun, dalam beberapa ayat. Salah satu contohnya adalah Surah Al-Kahfi ayat 25 yang menjelaskan lamanya Ashabul Kahfi tinggal di dalam gua: "Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)."
Ayat ini menunjukkan
bahwa 300 tahun dalam kalender Masehi setara dengan 309 tahun dalam kalender
Hijriyah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antara sistem perhitungan kalender
matahari (Masehi) dan bulan (Hijriyah).
Al-Qur'an juga
menjelaskan bahwa Allah menciptakan matahari dan bulan untuk membantu manusia
menghitung waktu. Seperti yang disebutkan dalam Surat Yunus ayat 5: "Dialah yang menjadikan matahari
bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya tempat-tempat bagi perjalanan
bulan, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu." Begitu
pula dalam Surat Al-Isra ayat 12: "Dan
Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kemudian Kami
hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari
karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
waktu."
Ayat-ayat ini
mengingatkan kita akan pentingnya waktu sebagai salah satu tanda kebesaran
Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang ada dengan
sebaik-baiknya untuk beribadah dan berbuat kebajikan.
Ada sebuah nasihat
hikmah yang berbunyi: “Barangsiapa yang
harinya sekarang lebih baik dari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung.
Barangsiapa yang harinya sekarang sama dengan kemarin, maka dia adalah orang
yang merugi. Dan barangsiapa yang harinya sekarang lebih buruk dari kemarin,
maka dia adalah orang yang celaka."
Meskipun nasihat ini
bukan berasal dari hadits-hadits yang shahih, maknanya sejalan dengan ajaran
Islam yang mendorong kita untuk terus memperbaiki diri. Sebagai penguatnya, terdapat hadits
shahih yang menekankan pentingnya amal dan istiqamah, seperti:“Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad No. 8962, disahihkan oleh Al-Albani). “Setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya.” (HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907)
Semangat dari nasihat ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari. Dengan datangnya pergantian tahun, semoga kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kesimpulan:
Waktu adalah karunia dari Allah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Al-Qur'an mengingatkan kita tentang pentingnya perhitungan waktu melalui
penciptaan matahari dan bulan. Ini menunjukkan bahwa setiap hari adalah
kesempatan untuk beribadah, memperbaiki diri, dan melaksanakan kebajikan.
Meskipun nasehat seperti “Barangsiapa yang harinya sekarang
lebih baik dari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung” bukan berasal
dari hadits shahih, semangatnya sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong
umatnya untuk selalu berusaha menjadi lebih baik.
Mari jadikan pergantian tahun sebagai momentum untuk refleksi
diri, meningkatkan amal, memperbaiki niat, dan terus mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar