Sabtu, 28 Desember 2024

Pandangan Islam menyambut Tahun Baru

Pandangan Islam menyambut Tahun Baru

Pengantar

Waktu adalah salah satu anugerah terbesar dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia. Dalam Al-Qur'an, Allah sering mengingatkan pentingnya waktu, seperti dalam Surah Al-'Asr yang menegaskan bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman, beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Pergantian tahun adalah momen refleksi yang penting untuk mencapai pencapaian, mengidentifikasi kekurangan, dan merencanakan langkah ke depan sesuai ajaran Islam. Bagaimana Islam mengajarkan pemanfaatan waktu yang bijak dan memberikan peringatan agar tidak menyerupai tradisi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Pandangan Islam menyambut Tahun Baru

Tahun 2025 akan segera tiba. Momen ini biasanya disambut dengan berbagai acara meriah di berbagai negara, melibatkan masyarakat dari berbagai latar belakang. Namun, sebagai umat Islam, penting bagi kita untuk merayakannya dengan bijak dan tetap sesuai dengan ajaran agama. Tradisi seperti meniup terompet yang dianggap bagian dari tradisi Yahudi, membunyikan lonceng yang merupakan tradisi Nasrani, atau menyalakan kembang api yang berhubungan dengan tradisi Majusi (penyembah api) perlu dihindari.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta." Lalu ada yang bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Apakah mereka mengikuti seperti Persia dan Romawi?' Beliau menjawab, 'Selain mereka, lalu siapa lagi?'” (HR. Bukhari No. 7319) Rasulullah SAW juga bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud No. 4031, disahihkan oleh Al-Albani)

Oleh karena itu, mari kita menyambut tahun baru dengan cara yang benar dan sesuai ajaran Islam. Jadikan momen ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Perhitungan waktu

Al-Qur'an membahas perhitungan waktu, termasuk tahun, dalam beberapa ayat. Salah satu contohnya adalah Surah Al-Kahfi ayat 25 yang menjelaskan lamanya Ashabul Kahfi tinggal di dalam gua:  "Dan mereka tinggal di dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)."  

Ayat ini menunjukkan bahwa 300 tahun dalam kalender Masehi setara dengan 309 tahun dalam kalender Hijriyah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antara sistem perhitungan kalender matahari (Masehi) dan bulan (Hijriyah).

Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa Allah menciptakan matahari dan bulan untuk membantu manusia menghitung waktu. Seperti yang disebutkan dalam Surat Yunus ayat 5: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya tempat-tempat bagi perjalanan bulan, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu." Begitu pula dalam Surat Al-Isra ayat 12: "Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kemudian Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu."

Ayat-ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya waktu sebagai salah satu tanda kebesaran Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya untuk beribadah dan berbuat kebajikan.

Ada sebuah nasihat hikmah yang berbunyi: “Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik dari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sekarang sama dengan kemarin, maka dia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa yang harinya sekarang lebih buruk dari kemarin, maka dia adalah orang yang celaka."

Meskipun nasihat ini bukan berasal dari hadits-hadits yang shahih, maknanya sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong kita untuk terus memperbaiki diri. Sebagai penguatnya, terdapat hadits shahih yang menekankan pentingnya amal dan istiqamah, seperti:“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad No. 8962, disahihkan oleh Al-Albani). “Setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari No. 1, Muslim No. 1907)

Semangat dari nasihat ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik setiap hari. Dengan datangnya pergantian tahun, semoga kita bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Kesimpulan:

Waktu adalah karunia dari Allah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Al-Qur'an mengingatkan kita tentang pentingnya perhitungan waktu melalui penciptaan matahari dan bulan. Ini menunjukkan bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk beribadah, memperbaiki diri, dan melaksanakan kebajikan.

Meskipun nasehat seperti “Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik dari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung” bukan berasal dari hadits shahih, semangatnya sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk selalu berusaha menjadi lebih baik.

Mari jadikan pergantian tahun sebagai momentum untuk refleksi diri, meningkatkan amal, memperbaiki niat, dan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Allahu a'lam bishawab
Abu Roja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar