Jumat, 06 Desember 2024

Mengambil hikmah Viralnya penjual es teh.

 Mengambil  hikmah Viralnya penjual es teh.

Pengantar

Berita viral kontroversi Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah masih terus jadi perbincangan. Hal ini terkait dengan video viralnya yang dianggap mengolok-olok penjual es teh saat pengajian yang membuat geram para netizen usai melontarkan hinaan terhadap seorang penjual es teh yang berjualan di lokasi acara. Peristiwa olok-olok itu terjadi saat acara selawatan di Lapangan drh Soepardi, Sawitan, Mungkid, Kabupaten Magelang, beberapa waktu lalu. Ucapan Gus Miftah itu beredar viral dalam bentuk video.

Ada  sebuah pesan penting terkait sosok penjual es teh menjalankan perannya status fungsi seorang suami dan ayah dalam menafkahi keluarga, yang menjadi topik sentral dalam ajaran Islam, penjual es teh menjadi objek diolok-olok oleh Gus Miftah. Dalam pandangan Islam, tanggung jawab menafkahi keluarga adalah kewajiban mulia yang menuntut kesungguhan, kesabaran, dan kerja keras. Hal ini tercermin dalam sabda Rasulullah SAW, yang menekankan bahwa sebaik-baiknya seorang Muslim adalah yang terbaik dalam memperlakukan keluarga, terutama dalam hal memberikan nafkah.

Mencari nafkah dalam tinjauan  Al-Quran

Dalam surah Al-Jumu'ah (62:10), Allah SWT berfirman, "Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." Ayat ini menunjukkan bahwa setelah menunaikan ibadah, umat Islam diperintahkan untuk berusaha mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan hidup di dunia. Tugas mencari nafkah bukanlah kegiatan duniawi yang terpisah dari agama, melainkan bagian dari cara seseorang menghidupi prinsip-prinsip agama dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam konteks ini, mencari nafkah menjadi sarana untuk memperoleh karunia Allah, yang dapat mendatangkan berkah tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

 

Mencari nafkah dalam tinjauan  Sunnah

Dalam sunnah Rasulullah, menafkahi keluarga dianggap sebagai ibadah yang mendatangkan pahala besar. Bahkan, setiap tetes keringat yang dihasilkan seorang suami dalam mencari nafkah adalah bentuk jihad di jalan Allah. Rasulullah SAW juga bersabda: "Tidak ada nafkah yang lebih baik selain yang kamu nafkahkan untuk keluargamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, setiap usaha yang dilakukan dengan niat yang tulus untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan dihargai oleh Allah dengan pahala yang berlimpah.

Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi). Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang suami dalam memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan bathin bagi istri serta anak-anaknya. Menafkahi keluarga bukan hanya sebatas memberikan materi, tetapi juga mencakup perhatian, kasih sayang, dan pendidikan untuk istri dan anak-anaknya dengan baik.

Kasus Gus Miftah yang viral ini Video yang beredar itu merekam momen Gus Miftah mengumpat ke penjual es teh, mengingatkan umat Muslim untuk kembali merenungkan nilai-nilai status sebagai qowam dalam menjalankan tanggung jawab keluarga. Dalam kondisi apapun, tanggung jawab seorang kepala keluarga untuk memastikan kesejahteraan anggota keluarganya merupakan bagian dari kemuliaan dan hikmah yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran akan makna ibadah, bukan di olok-olok seperti yang dilakukan oleh Gus Miftah.  

Dunia menjadi wasilah menggapai kebahagian Akhirat

Islam mengajarkan bahwa dunia dan akhirat tidak terpisah, keduanya saling terkait. Menjalankan kewajiban duniawi, seperti mencari nafkah, dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan syariat, dapat menjadi jalan untuk mencapai tujuan akhirat.

Surah Al-Baqarah (2:286)

﴿لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ  ٢٨٦

Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".Qs. 2:286

Bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya, yang mengajarkan bahwa setiap usaha dan ikhtiar, sebesar apapun, jika dilakukan dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan Islam, maka itu adalah bagian dari ibadah yang akan diberi ganjaran oleh Allah.

Begitu juga dalam sabda Rasulullah SAW yang mengatakan, "Sesungguhnya setiap usaha yang dilakukan oleh seorang hamba untuk keluarganya adalah sedekah." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa mencari nafkah untuk keluarga adalah bentuk ibadah yang sangat dihargai oleh Allah, asalkan dilakukan dengan kesungguhan dan niat yang benar.

Jadi, mencari nafkah tidak hanya soal penghasilan materi, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menegakkan agama dalam kehidupan keluarga. Kesungguhan dalam berikhtiar untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah bagian dari amal saleh yang akan mendatangkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Dengan demikian, mencari nafkah menjadi jalan untuk menyempurnakan kewajiban seorang Muslim dalam menegakkan dinul Islam, sekaligus memastikan bahwa dunia dan akhirat berjalan seiring sejalan.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Qasas (28:77),

﴿وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ  ٧٧

 

Artinya : "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) di negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu (kebahagiaan) di dunia." Ayat ini menegaskan bahwa kita tidak boleh hanya fokus pada satu aspek saja, baik dunia maupun akhirat, tetapi harus menjalani keduanya dengan niat yang benar dan seimbang. Qs. 28:77

Mencari nafkah, bekerja keras, dan berusaha dengan sungguh-sungguh adalah bagian dari amal ibadah dalam Islam, selama dilakukan dengan niat untuk memenuhi kebutuhan halal, membantu orang lain, dan menjaga kehormatan keluarga. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap usaha yang dilakukan oleh seorang hamba untuk keluarganya adalah sedekah." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa mencari nafkah dengan cara yang benar dan sesuai dengan syariat adalah suatu amal yang bernilai ibadah.

Dalam Islam, prioritas utama adalah menggapai kebahagiaan akhirat, namun bukan berarti kita mengabaikan kehidupan dunia. Sebaliknya, dunia menjadi sarana atau wasilah untuk mencapai akhirat, termasuk dalam hal mencari nafkah. Mencari nafkah adalah kewajiban yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, sebagaimana kita berusaha sungguh-sungguh dalam meraih kebahagiaan akhirat. Namun, dalam hal ini, kita harus ingat bahwa yang menentukan hasil dari usaha tersebut adalah Allah, bukan manusia atau sebab-sebab duniawi lainnya.

Dalam konteks mencari nafkah, kita dapat membandingkannya dengan orang yang sakit dan berikhtiar berobat kepada dokter. Meskipun dokter berperan dalam proses penyembuhan, namun yang menyembuhkan adalah Allah. Dalam hal ini, berobat ke dokter adalah ikhtiar yang diperintahkan dalam Islam, dan jika seseorang tidak berikhtiar untuk berobat ketika sakit, maka ia telah melanggar kewajiban untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Begitu pula dengan mencari nafkah, berusaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah suatu kewajiban yang diatur dalam syariat, dan jika seseorang mengabaikan kewajiban ini, ia dianggap berdosa.

Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tawbah (9:105)

﴿وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ  ١٠٥

Artinya : "Dan katakanlah: 'Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalmu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang tampak, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.'" Qs. 9:105

Ayat ini menekankan bahwa setiap amal, termasuk usaha mencari nafkah, harus dilakukan dengan niat yang benar dan ikhlas, untuk mencapai ridha Allah.

Mencari nafkah bukan hanya soal memperoleh materi, tetapi juga merupakan bagian dari usaha untuk menjaga kehormatan dan kesejahteraan keluarga. Dengan niat yang ikhlas dan berlandaskan syariat, setiap usaha untuk mencari nafkah menjadi amal yang mendatangkan pahala dan dapat mengantarkan seseorang lebih dekat pada kebahagiaan akhirat. Jadi, mencari nafkah harus dilihat sebagai wasilah, yang akan mendukung kita untuk memenuhi kewajiban agama lainnya dan menjaga keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat.

Kesimpulan

Mengambil hikmah peristiwa viralnya “Video Gus Miftah” ada pelajaran penting baik untuk Gus Miftah maupun kita sebagai umat Islam. Peristwa ini contoh seorang penjual es teh menjalankan status sebagai Qowam salah satunya mencari nafkah bagi keluaga. Dalam Islam, tujuan utama hidup seorang Muslim adalah menggapai kebahagiaan akhirat, namun hal ini tidak berarti mengabaikan dunia. Mencari nafkah adalah kewajiban yang diatur dalam syariat, dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagaimana kita sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Mencari nafkah bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi merupakan wasilah (sarana) untuk mendukung amal ibadah dan mencapai ridha Allah. Sama seperti berikhtiar untuk berobat ketika sakit, mencari nafkah adalah kewajiban yang harus dijalankan, dan jika diabaikan, itu bisa berdosa. Dengan niat yang ikhlas dan usaha yang maksimal, setiap langkah dalam mencari nafkah akan menjadi amal saleh yang mendatangkan pahala dan mendekatkan kita pada kebahagiaan akhirat, bukan untuk di olok-olok seperti dilakukan oleh Gus Miftah.

 

Wallahu a’lam bishawab

Abu Roja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar