Mengambil hikmah Viralnya penjual es teh.
Pengantar
Berita viral kontroversi Miftah
Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah masih
terus jadi perbincangan. Hal ini terkait dengan video viralnya yang dianggap
mengolok-olok penjual es teh saat pengajian yang membuat geram para netizen
usai melontarkan hinaan terhadap seorang penjual es teh yang berjualan di
lokasi acara. Peristiwa olok-olok itu terjadi saat acara selawatan
di Lapangan drh Soepardi, Sawitan, Mungkid, Kabupaten Magelang, beberapa waktu
lalu. Ucapan Gus Miftah itu beredar viral dalam bentuk video.
Ada sebuah
pesan penting terkait sosok penjual es teh menjalankan perannya status fungsi seorang
suami dan ayah dalam menafkahi keluarga, yang menjadi topik sentral dalam
ajaran Islam, penjual es teh menjadi objek diolok-olok oleh Gus Miftah. Dalam
pandangan Islam, tanggung jawab menafkahi keluarga adalah kewajiban mulia yang
menuntut kesungguhan, kesabaran, dan kerja keras. Hal ini tercermin dalam sabda
Rasulullah SAW, yang menekankan bahwa sebaik-baiknya seorang Muslim adalah yang
terbaik dalam memperlakukan keluarga, terutama dalam hal memberikan nafkah.
Mencari
nafkah dalam tinjauan Al-Quran
Dalam surah Al-Jumu'ah (62:10), Allah SWT
berfirman, "Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu
beruntung." Ayat ini menunjukkan bahwa setelah menunaikan ibadah, umat
Islam diperintahkan untuk berusaha mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan hidup
di dunia. Tugas mencari nafkah bukanlah kegiatan duniawi yang terpisah dari
agama, melainkan bagian dari cara seseorang menghidupi prinsip-prinsip agama
dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam konteks ini, mencari nafkah menjadi
sarana untuk memperoleh karunia Allah, yang dapat mendatangkan berkah tidak
hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.
Mencari
nafkah dalam tinjauan Sunnah
Dalam sunnah Rasulullah, menafkahi keluarga
dianggap sebagai ibadah yang mendatangkan pahala besar. Bahkan, setiap tetes
keringat yang dihasilkan seorang suami dalam mencari nafkah adalah bentuk jihad
di jalan Allah. Rasulullah SAW juga bersabda: "Tidak ada nafkah yang lebih
baik selain yang kamu nafkahkan untuk keluargamu." (HR. Bukhari dan
Muslim). Oleh karena itu, setiap usaha yang dilakukan dengan niat yang tulus
untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan dihargai oleh Allah dengan pahala yang
berlimpah.
Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian
adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara
kalian terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi). Hadis ini menunjukkan betapa
pentingnya peran seorang suami dalam memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan bathin
bagi istri serta anak-anaknya. Menafkahi keluarga bukan hanya sebatas
memberikan materi, tetapi juga mencakup perhatian, kasih sayang, dan pendidikan
untuk istri dan anak-anaknya dengan baik.
Kasus Gus Miftah yang viral ini Video yang
beredar itu merekam momen Gus Miftah mengumpat ke penjual es teh, mengingatkan
umat Muslim untuk kembali merenungkan nilai-nilai status sebagai qowam dalam
menjalankan tanggung jawab keluarga. Dalam kondisi apapun, tanggung jawab
seorang kepala keluarga untuk memastikan kesejahteraan anggota keluarganya
merupakan bagian dari kemuliaan dan hikmah yang harus dijalankan dengan penuh
kesadaran akan makna ibadah, bukan di olok-olok seperti yang dilakukan oleh Gus
Miftah.
Dunia
menjadi wasilah menggapai kebahagian Akhirat
Islam mengajarkan bahwa dunia dan akhirat tidak
terpisah, keduanya saling terkait. Menjalankan kewajiban duniawi, seperti
mencari nafkah, dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan syariat, dapat
menjadi jalan untuk mencapai tujuan akhirat.
Surah Al-Baqarah (2:286)
﴿لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا
إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا ٱكۡتَسَبَتۡۗ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذۡنَآ إِن نَّسِينَآ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ
عَلَيۡنَآ إِصۡرٗا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا
وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا
وَٱرۡحَمۡنَآۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٨٦﴾
Artinya : Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".Qs. 2:286
Bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kemampuannya, yang mengajarkan bahwa setiap usaha dan ikhtiar,
sebesar apapun, jika dilakukan dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan Islam, maka
itu adalah bagian dari ibadah yang akan diberi ganjaran oleh Allah.
Begitu juga dalam sabda Rasulullah SAW yang
mengatakan, "Sesungguhnya setiap usaha yang dilakukan oleh seorang hamba
untuk keluarganya adalah sedekah." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini
menunjukkan bahwa mencari nafkah untuk keluarga adalah bentuk ibadah yang
sangat dihargai oleh Allah, asalkan dilakukan dengan kesungguhan dan niat yang
benar.
Jadi, mencari nafkah tidak hanya soal penghasilan
materi, tetapi juga tentang bagaimana seseorang menegakkan agama dalam
kehidupan keluarga. Kesungguhan dalam berikhtiar untuk memenuhi kebutuhan
keluarga adalah bagian dari amal saleh yang akan mendatangkan kemuliaan di
dunia dan akhirat. Dengan demikian, mencari nafkah menjadi jalan untuk
menyempurnakan kewajiban seorang Muslim dalam menegakkan dinul Islam, sekaligus
memastikan bahwa dunia dan akhirat berjalan seiring sejalan.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Qasas (28:77),
﴿وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ
ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ
أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ
لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ٧٧﴾
Artinya : "Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) di negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu (kebahagiaan) di dunia." Ayat ini menegaskan bahwa
kita tidak boleh hanya fokus pada satu aspek saja, baik dunia maupun akhirat,
tetapi harus menjalani keduanya dengan niat yang benar dan seimbang. Qs. 28:77
Mencari nafkah, bekerja keras, dan berusaha
dengan sungguh-sungguh adalah bagian dari amal ibadah dalam Islam, selama
dilakukan dengan niat untuk memenuhi kebutuhan halal, membantu orang lain, dan
menjaga kehormatan keluarga. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap
usaha yang dilakukan oleh seorang hamba untuk keluarganya adalah sedekah."
(HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa mencari nafkah dengan cara yang
benar dan sesuai dengan syariat adalah suatu amal yang bernilai ibadah.
Dalam Islam, prioritas utama adalah menggapai
kebahagiaan akhirat, namun bukan berarti kita mengabaikan kehidupan dunia.
Sebaliknya, dunia menjadi sarana atau wasilah untuk mencapai akhirat, termasuk
dalam hal mencari nafkah. Mencari nafkah adalah kewajiban yang harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh, sebagaimana kita berusaha sungguh-sungguh dalam meraih
kebahagiaan akhirat. Namun, dalam hal ini, kita harus ingat bahwa yang
menentukan hasil dari usaha tersebut adalah Allah, bukan manusia atau
sebab-sebab duniawi lainnya.
Dalam konteks mencari nafkah, kita dapat
membandingkannya dengan orang yang sakit dan berikhtiar berobat kepada dokter.
Meskipun dokter berperan dalam proses penyembuhan, namun yang menyembuhkan
adalah Allah. Dalam hal ini, berobat ke dokter adalah ikhtiar yang
diperintahkan dalam Islam, dan jika seseorang tidak berikhtiar untuk berobat
ketika sakit, maka ia telah melanggar kewajiban untuk menjaga kesehatan
tubuhnya. Begitu pula dengan mencari nafkah, berusaha untuk memenuhi kebutuhan
keluarga adalah suatu kewajiban yang diatur dalam syariat, dan jika seseorang
mengabaikan kewajiban ini, ia dianggap berdosa.
Allah SWT berfirman dalam Surah At-Tawbah (9:105)
﴿وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى
ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ
ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ ١٠٥﴾
Artinya : "Dan katakanlah: 'Beramallah kamu,
maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalmu, dan kamu
akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang
tampak, lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.'" Qs.
9:105
Ayat ini menekankan bahwa setiap amal, termasuk
usaha mencari nafkah, harus dilakukan dengan niat yang benar dan ikhlas, untuk
mencapai ridha Allah.
Mencari nafkah bukan hanya soal memperoleh
materi, tetapi juga merupakan bagian dari usaha untuk menjaga kehormatan dan
kesejahteraan keluarga. Dengan niat yang ikhlas dan berlandaskan syariat,
setiap usaha untuk mencari nafkah menjadi amal yang mendatangkan pahala dan
dapat mengantarkan seseorang lebih dekat pada kebahagiaan akhirat. Jadi,
mencari nafkah harus dilihat sebagai wasilah, yang akan mendukung kita untuk
memenuhi kewajiban agama lainnya dan menjaga keseimbangan hidup antara dunia
dan akhirat.
Kesimpulan
Mengambil hikmah peristiwa viralnya “Video Gus
Miftah” ada pelajaran penting baik untuk Gus Miftah maupun kita sebagai umat
Islam. Peristwa ini contoh seorang penjual es teh menjalankan status sebagai
Qowam salah satunya mencari nafkah bagi keluaga. Dalam Islam, tujuan utama
hidup seorang Muslim adalah menggapai kebahagiaan akhirat, namun hal ini tidak
berarti mengabaikan dunia. Mencari nafkah adalah kewajiban yang diatur dalam
syariat, dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagaimana kita
sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Mencari nafkah
bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi merupakan wasilah
(sarana) untuk mendukung amal ibadah dan mencapai ridha Allah. Sama seperti
berikhtiar untuk berobat ketika sakit, mencari nafkah adalah kewajiban yang
harus dijalankan, dan jika diabaikan, itu bisa berdosa. Dengan niat yang ikhlas
dan usaha yang maksimal, setiap langkah dalam mencari nafkah akan menjadi amal
saleh yang mendatangkan pahala dan mendekatkan kita pada kebahagiaan akhirat,
bukan untuk di olok-olok seperti dilakukan oleh Gus Miftah.
Wallahu a’lam bishawab
Abu Roja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar