Pengantar
Aqidah adalah isu sentral yang menjadi pondasi
utama bagi eksistensi dan kekuatan umat Islam. Aqidah berperan sebagai solusi
nyata dalam kehidupan karena menjadi akar, dasar, dan poros bagi setiap
aktivitas kita. Aqidah adalah kebutuhan yang bersifat permanen, bukan sekadar
konsep teoretis yang indah di atas kertas. Sebaliknya, aqidah harus melandasi
amal dan aktivitas kita, berdasarkan pemahaman yang mendalam dan pertumbuhan
keimanan yang terus berkembang.
Degradasi keimanan adalah penurunan atau
fluktuasi (naik-turun) iman seseorang yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan
sosial dan budaya yang tidak kondusif. Lingkungan ini sering kali menjauhkan
seseorang dari nilai-nilai aqidah, terutama karena pengaruh materialisme,
hedonisme, dan individualisme. Akibatnya, daya tahan aqidah melemah, sehingga
sulit melawan godaan syahwat seperti cinta berlebihan terhadap wanita,
anak-anak, dan kesenangan duniawi lainnya.
﴿زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ
ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ
وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ
مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمََٔابِ ١٤﴾
Artinya : Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).Qs. 3:14
Degradasi keimanan terjadi karena aqidah yang
lemah dan perlu diperbarui agar tetap kuat dan kokoh.
Maka ketika ditanyakan Aqidahnya atau tentang
Aqidahnya akan sama halnya mempertanyakan syahadahnya sebagai eksistensi ummat
islam. Pembinaan Aqidah sebagai asas yang harus kita fahami adalah mengingat
kembali pada syahadah legalitas keislaman seseorang, yang mengarah pada
keimanan/keyakinan.
Syahadah
Syahadah adalah pernyataan resmi keislaman
seseorang. Allah tidak akan menghukum manusia sebelum mengutus seorang rasul
yang menjelaskan perbedaan antara yang baik dan buruk, serta yang haq dan
batil. Sampai menjadikan syahadah sebagai landasan amal dan aktivitas seorang
muslim.
Hal yang harus dijawab oleh ummat Islam redaksinya sebagai
berikut:
·
Mengapa
harus ada syahadah?
·
Apa
yang melandasi kita bersyahadah? Keturunankah? karena landasan dari bersyahadah
bisa mengarahkan pada keimanan/keyakinan sebagai legalitas keislaman.
Bertanya
tentang syahadah bertanya tentang Aqidah
·
Apa
itu Aqidah
·
Mengapa
Aqidah
·
Bagaimana
Aqidah
·
Bertanya
tentang apa itu Aqidah? Berarti berbicara tentang “Pengertian
Aqidah”
·
Bertanya
tentang mengapa Aqidah? Berarti berbicara tentang “Status
dan Fungsi Aqidah”
·
Bertanya
tentang Bagaimana Aqidah? Berarti berbicara tentang “Proses
pemabangunan Aqidah”
Syahadah merupakan ungkapan formal dari
keyakinan dan keimanan kita sebagai seorang Muslim. Dalam Al-Qur'an Surah
Al-Anfal (8:74), Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman dan berhijrah
untuk berjihad di jalan-Nya, mereka adalah orang-orang yang benar-benar
berpegang pada aqidah dan keyakinan Islam. Syahadah, sebagai deklarasi iman,
mencakup pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan-Nya.
Selain itu, syahadah juga menjadi dasar dari
pemahaman tentang iman, hijrah, dan jihad. Iman mencakup keyakinan terhadap
enam rukun iman yang harus diyakini oleh setiap Muslim, yaitu:
1.
Iman
kepada Allah
2.
Iman
kepada malaikat
3.
Iman
kepada kitab-kitab-Nya
4.
Iman
kepada rasul-rasul-Nya
5.
Iman
kepada hari kiamat
6.
Iman
kepada qadha dan qadar (baik maupun yang buruk)
Hadits dari Umar bin Khattab juga mengajarkan
tentang iman, Islam, dan ihsan, yang merupakan inti dari ajaran agama Islam.
Iman adalah keyakinan hati, Islam adalah pengamalan syariat, dan Ihsan adalah
beribadah dengan penuh kesungguhan seakan-akan kita melihat Allah, atau jika
tidak melihat-Nya, kita meyakini bahwa Allah melihat kita. Kesemuanya ini
membentuk landasan bagi seorang Muslim dalam menjalani hidup sesuai dengan
ajaran Islam yang mengarah pada kebaikan dunia dan akhirat.
Pengertian Aqidah
Aqidah, menurut bahasa (lugawi), berasal dari
kata "aqoda" yang berarti mengikat, mengikatkan, atau menjalin. Kata
ini kemudian berkembang menjadi "ya'qidu" (yang mengikat) dan
"aqidah" (ikatan atau keyakinan). Secara harfiah, aqidah berarti
sebuah ikatan yang kuat atau janji yang kokoh.
Dalam konteks ajaran Islam, aqidah merujuk pada
keyakinan yang mantap dan teguh, yang tidak mudah berubah. Aqidah adalah
fondasi utama bagi setiap individu dalam memahami dan mengamalkan ajaran islam,
yang berkaitan dengan pokok-pokok ajaran yang diyakini dan diterima dengan
penuh keyakinan dalam hati, seperti keimanan kepada Allah, rasul-rasul-Nya,
kitab-Nya, malaikat, hari akhir, dan takdir. Aqidah adalah landasan yang
mengikat seorang Muslim untuk tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip
keimanan yang benar sesuai dengan ajaran Islam.
Status dan Fungsi Aqidah
Status dan fungsi aqidah dapat diibaratkan
seperti status dan fungsi ikatan tali pada seekor domba. Dalam ilustrasi ini,
terdapat pusat ikatan dan tali yang menghubungkan pusat ikatan dengan domba
sebagai objek yang diikat. Fungsi tali ini adalah untuk membatasi ruang gerak
domba. Ruang lingkup gerak domba ditentukan oleh panjang pendeknya tali.
Semakin panjang tali, semakin luas ruang gerak domba. Sebaliknya, semakin
pendek tali, semakin kecil ruang gerak domba. Selain itu, semakin pendek tali,
semakin kuat ikatan, dan domba akan semakin dekat dengan pusat tali ikatan.
Makna pusat tali ikatan adalah Allah sebagai
Al-Khaliq (Sang Pencipta), sementara objek ikatan adalah manusia sebagai
makhluk-Nya. Tali ikatan melambangkan ruang lingkup yang diberikan oleh Allah,
yang panjang atau pendeknya telah ditentukan.
Fungsi tali ikatan ini adalah untuk membatasi
wilayah manusia, dengan adanya garis pembatas (demarkasi) yang memisahkan
antara wilayah haq dan wilayah bathil. Wilayah haq adalah wilayah tauhid, yang
mencakup ketaatan (itha’ah) kepada Allah. Sebaliknya, wilayah bathil adalah
wilayah syirik, yaitu mengarahkan ikatan kepada selain Allah sebagai pusatnya.
Fungsi aqidah sebagai tali ikatan adalah untuk
membatasi hidup dan kehidupan manusia agar tetap berada dalam koridor yang
sesuai dengan petunjuk Allah. Aqidah menjadi pengarah sekaligus pembatas,
menjaga manusia dari menyimpang ke jalan yang salah, serta memastikan setiap
langkah hidupnya berada dalam bingkai kebenaran dan ketaatan kepada Allah.
Melepaskan ikatan kepada Allah berarti
mengikatkan diri pada sesuatu selain-Nya sebagai pusat ikatan. Hal ini berarti
keluar dari ketaatan kepada Allah (khoroja anitho'ah) dan keluar dari persatuan
umat Islam (khoroja aniljamaah).
Semakin dekat seseorang dengan pusat tali
ikatan, yakni Allah sebagai Al-Khaliq, maka semakin ia menyatu dengan kehendak
dan eksistensi-Nya. Kedekatan ini mencerminkan kebebasan sejati yang Allah
berikan kepada manusia, karena hakikat kemerdekaan adalah tunduk sepenuhnya
kepada Allah. Dalam ketaatan kepada-Nya, manusia menemukan kebebasan dari
belenggu hawa nafsu, kesesatan, dan penghambaan kepada selain Allah.
Status dan fungsi Aqidah dapat diibaratkan seperti status dan
fungsi ikatan tali pada seekor kuda yang berfungsi sebagai alat pengendali.
Dalam ilustrasi ini, tali pada kuda digunakan untuk mengarahkan visi, misi,
serta tujuan perjalanan kuda tersebut. Demikian pula, aqidah berfungsi sebagai
pengendali bagi manusia, menentukan arah hidup, tujuan, dan hakikat berdinul
Islam untuk tetap berada di jalan yang benar sesuai petunjuk Allah.
Dengan memahami wilayah yang membatasi,
seseorang mampu mengenali dengan jelas batasan-batasan dalam kehidupannya.
Pemahaman ini membantu membedakan mana yang halal, makruh, syubhat, dan haram.
Hal ini penting agar setiap keputusan dan perbuatan tetap berada dalam kerangka
syariat yang diridhai Allah, menjaga diri dari pelanggaran, serta mendekatkan
diri kepada-Nya dengan penuh kesadaran dan kehati-hatian.
Aqidah secara istilah adalah keyakinan yang
berbicara tentang status, fungsi, dan tanggung jawab seorang mukmin atau
muslimah. Tanggung jawab ini diwujudkan dalam bentuk ketaatan penuh hanya
kepada Allah. Secara istilah, aqidah berarti iman dan keyakinan yang kokoh,
yang menjadi dasar hidup seorang muslim. Substansi aqidah mencakup penjagaan
terhadap amanah berupa iman dan keyakinan, sebagaimana diajarkan dalam Al-Qur'an.
Aqidah adalah ikatan yang menghubungkan manusia dengan Allah, sebuah sumpah dan
janji yang menuntut ketaatan, menjaga kesetiaan, dan menghindari segala bentuk
penyimpangan.
Kesimpulan:
Aqidah berfungsi sebagai tali yang menghubungkan
makhluk dengan Allah. Semakin panjang dan kokoh tali (aqidah) yang kita miliki,
semakin luas ruang gerak dan kebebasan yang kita miliki untuk hidup sesuai
dengan petunjuk Allah. Tali yang lebih pendek mencerminkan hubungan yang lebih
dekat dengan Allah, tetapi juga bisa menunjukkan keterbatasan dalam kebebasan
hidup. Semakin kuat aqidah kita, semakin dekat hubungan kita dengan Allah, dan
kita merasakan kebebasan sejati dalam hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Sebaliknya, jika aqidah lemah, kita akan merasa semakin terikat dengan dunia
dan semakin jauh dari kebebasan yang hakiki.
Aqidah adalah dasar keimanan yang menjadi
landasan hidup seorang muslim, berupa keyakinan penuh kepada Allah sebagai
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Fungsi utama aqidah adalah membimbing
manusia untuk menjalankan amanah kehidupan dengan menjaga iman, ketaatan, dan
kesetiaan kepada Allah.
Solusi agar Aqidah Tetap Terjaga:
1. Memperkuat Pemahaman Agama: Pelajari
Al-Qur'an dan Hadis untuk memperdalam ilmu tentang iman dan syariat Islam.
2. Meningkatkan Ibadah: Lakukan ibadah wajib
dan sunnah secara konsisten untuk mempererat hubungan dengan Allah.
3. Lingkungan yang Baik: Bergaul dengan
orang-orang yang memiliki pemahaman aqidah yang kuat.
4. Menghindari Syubhat dan Maksiat: Jauhi
hal-hal yang dapat melemahkan iman, seperti perbuatan maksiat dan pengaruh yang
merusak.
5. Memperbanyak Doa: Selalu berdoa kepada
Allah agar diberikan kekuatan untuk tetap istiqamah dalam keimanan.
Dengan langkah-langkah ini, aqidah dapat terjaga
dan menjadi landasan yang kokoh dalam menjalani kehidupan sebagai seorang
muslim.
Bersambung……
Wallahu a’lam bishawab
Abu Roja