Rabu, 27 November 2024

An-Naba sebagai Istilah sejarah dalam Al-Quran

 

An-Naba Istilah sejarah dalam Al-Quran

 

“Hari kemarin itu adalah sejarah”, “Jangan lupakan sejarah”, “ini adalah peristiwa besar harus kita rayakan”, “Mudah-mudahan peristiwa kemarin jadi ibroh (pelajaran), peristiwa itu jadi sejarah bagi kita”, sudahlah jangan diingat-ingat yang lalu biarlah berlalu, biar jadi sejarah, lihatlah masa depan”

 

Ungkapan-ungkapan itu menggambarkan sebuah peristiwa bernilai sejarah, ada yang mengambil makna dari sejarah sebagai ibroh (Pelajaran), ada juga menganggap tak perlu mengambil ibroh (Pelajaran) dari sejarah dan tak perlu diingat-ingat. Di sadari bahwa pemahaman sejarah ungkapan tersebut menunjukan bahwa peristiwa masalalu membekas dalam jiwa ada yang bersikap Negatif, ada juga bersikap positif.

 

Sejarah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dalam perspektif Islam, sejarah tidak hanya dilihat sebagai kumpulan cerita, tetapi juga sebagai pelajaran dan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Al-Qur'an, sebagai pedoman hidup umat Islam, memberikan perhatian besar pada sejarah dengan menyajikan kisah-kisah umat terdahulu untuk direnungkan dan diambil hikmahnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami pengertian sejarah menurut Al-Qur'an agar dapat menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

 

 

An-Naba istilah sejarah dalam Al-Quran

Surat An-Naba (berita besar) dalam Al-Qur'an adalah salah satu surat yang mengandung pesan penting tentang perjalanan hidup manusia, yang dimulai sejak penciptaan hingga hari akhir. Allah memberikan gambaran tentang peristiwa besar, yakni kebangkitan dan pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya.

 

Sejarah dalam An-Naba tidak hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga masa kini dan masa depan, menekankan bahwa setiap peristiwa, sekecil apa pun, berkontribusi pada pembentukan momentum besar yang akan terjadi di akhir kehidupan.

Pengertian An-Naba sebagai sejarah, ruang lingkupnya, dan efek domino peristiwa kecil terhadap terjadinya An-Naba atau berita besar.

 

A.   Pengertian An-Naba

Secara bahasa, An-Naba berarti berita besar. Dalam Surat An-Naba, istilah ini merujuk pada berita besar tentang hari kebangkitan, yang menjadi puncak dari perjalanan hidup manusia. Allah berfirman:

 

"Tentang apakah mereka saling bertanya? Tentang berita besar (An-Naba’) yang mereka perselisihkan." (QS. An-Naba: 1-3)

"Apakah tidak sampai kepada mereka berita (tentang) orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Samud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata; Allah tidak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri." Qs. 9:70

"Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’membawa suatu berita yang meyakinkan." Qs. 27:22

Berita besar ini tidak hanya sekadar informasi, tetapi mencakup realitas penting yang akan dialami setiap manusia. Rangkaian peristiwa yang terus bergulir menuju lahirnya momentum peristiwa besar merupakan inti dari esensi Surat An-Naba. Esensi ini menekankan bahwa segala sesuatu di alam semesta dan kehidupan manusia bergerak menuju puncak peristiwa, yaitu hari kebangkitan, di mana setiap amal diperhitungkan.

 "Maka barangsiapa mengerjakan kebajikan seberat żarrah, niscaya dia akan melihat      (balasan)nya." Qs. 99:7

"Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat żarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." Qs.99:8


B.   Ruanglingkup An-Naba

1.     Rangkaian Peristiwa Sebagai Proses Menuju Momentum Besar.

Penciptaan alam semesta: An-Naba mengingatkan kita bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan tujuan yang jelas. Setiap elemen di dalamnya, seperti bumi, langit, dan kehidupan, merupakan bagian dari rangkaian besar menuju hari akhir. Kehidupan manusia  diberi kebebasan untuk memilih berbuat baik atau buruk dan Haq atau Bathil, Pilihan-pilihan ini membentuk rangkaian peristiwa yang kelak akan dihitung di hari kiamat.

2.     Momentum Peristiwa Besar (An-Naba)

Momentum peristiwa besar yang dimaksud dalam An-Naba adalah hari kebangkitan, di mana seluruh rangkaian peristiwa kecil dalam hidup manusia bermuara pada satu titik: hisab (perhitungan amal). Ini adalah momen puncak dari perjalanan panjang kehidupan dunia dan alam semesta, yang menjadi bukti keadilan Allah.

 

C.   Peristiwa Kecil dan Efek Domino

1.   Setiap peristiwa kecil yang terjadi dalam hidup manusia berkontribusi pada lahirnya peristiwa besar.

    Contohnya: Pilihan manusia memberikan kosekuensi,memilih keburukan atau kebathilan berarti azab, memilih kebaikan atau yang Haq berarti keselamatan. Tindakan sederhana, seperti mengucap kebaikan atau menghindari hal buruk berefek domino dari peristiwa kecil ini membentuk pola hidup manusia dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks ini, momentum tidak lahir secara tiba-tiba tetapi merupakan akumulasi dari banyak peristiwa kecil.

3.   An-Naba Sebagai Pengingat Universal.

An-Naba adalah pengingat bahwa momentum besar seperti kiamat tidak terlepas dari perjalanan hidup manusia yang penuh peristiwa kecil. Allah mengingatkan dalam Surat An-Naba bahwa manusia seringkali lalai terhadap makna peristiwa sehari-hari, padahal semuanya terhubung menuju tujuan akhir.

4.   Konsekuensi Hidup dan Kehidupan.

Pesan ini menekankan pentingnya kita menyadari bahwa Hidup dan Kehidupan, setiap tindakan memiliki konsekuensi dan merupakan bagian dari rangkaian menuju momentum besar. Kehidupan manusia adalah kesempatan untuk memperbaiki setiap peristiwa kecil sehingga membawa dampak positif dalam perjalanan menuju akhir yang diridhai Allah.

 

D.   Penutup

Esensi An-Naba adalah bahwa momentum peristiwa besar tidak pernah berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil dari rangkaian peristiwa kecil yang terus bergulir. Ini mengajarkan kita untuk memaknai setiap langkah dalam hidup dengan penuh kesadaran, karena semua itu akan bermuara pada pertanggungjawaban di hadapan Allah.

 

 

 

 

Wallahu a'lam bishawab

Tatang Afandi

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar